Terdapat beberapa penyebab rendahnya kesadaran peserta didik dalam menjaga ketertiban dan kedisiplinan. Beberapa faktor yang mungkin memengaruhinya antara lain:
Kurangnya pemahaman tentang pentingnya ketertiban dan kedisiplinan: Beberapa peserta didik mungkin tidak sepenuhnya menyadari pentingnya menjaga ketertiban dan kedisiplinan dalam lingkungan belajar.
Kurangnya peran dan pengawasan dari orang tua: Peran orang tua sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku peserta didik. Jika orang tua tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pentingnya ketertiban dan kedisiplinan, peserta didik mungkin cenderung kurang sadar akan hal tersebut.
Lingkungan belajar yang tidak mendukung: Jika lingkungan belajar tidak memberikan contoh yang baik dalam hal ketertiban dan kedisiplinan, peserta didik mungkin cenderung mengikuti pola perilaku tersebut.
Kurangnya motivasi intrinsik: Peserta didik yang kurang termotivasi secara intrinsik mungkin tidak memiliki dorongan internal untuk menjaga ketertiban dan kedisiplinan.
Kurangnya pemahaman tentang konsekuensi dari perilaku tidak tertib: Peserta didik mungkin tidak sepenuhnya menyadari konsekuensi negatif yang dapat timbul akibat perilaku tidak tertib.
Untuk mengatasi rendahnya kesadaran peserta didik dalam menjaga ketertiban dan kedisiplinan dapat dilakukan langkah-langkah seperti:
Meningkatkan komunikasi dengan orang tua untuk memperjelas pentingnya ketertiban dan kedisiplinan.
Menerapkan aturan yang jelas dan konsisten di lingkungan belajar.
Memberikan penghargaan dan pengakuan kepada peserta didik yang menjaga ketertiban dan kedisiplinan.
Mengadakan kegiatan pendidikan yang memperkuat pemahaman tentang pentingnya ketertiban dan kedisiplinan.
Melibatkan peserta didik dalam proses pembuatan aturan dan penegakan disiplin.
Ada beberapa alasan mengapa guru mungkin belum memaksimalkan pemanfaatan teknologi/inovasi dalam pembelajaran. Beberapa faktor yang mungkin memengaruhinya antara lain:
Keterbatasan akses dan infrastruktur: Tidak semua sekolah memiliki akses yang memadai terhadap teknologi dan inovasi. Beberapa sekolah mungkin tidak memiliki peralatan atau jaringan internet yang memadai untuk mendukung penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Kurangnya keterampilan dan pengetahuan tentang teknologi: Guru mungkin tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup dalam menggunakan teknologi.
Kurangnya pelatihan dan dukungan: Guru mungkin tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Kurangnya waktu: Guru sering memiliki banyak tugas dan tanggung jawab di luar waktu mengajar. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya waktu yang tersedia untuk mengeksplorasi dan mengembangkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
Ketakutan akan perubahan: Beberapa guru mungkin merasa tidak nyaman dengan perubahan atau tidak yakin tentang bagaimana teknologi dapat meningkatkan pembelajaran.
Untuk mengatasi hambatan ini, penting bagi sekolah dan lembaga pendidikan untuk menyediakan dukungan dan pelatihan yang memadai kepada guru. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
Menyediakan akses yang memadai terhadap peralatan dan infrastruktur teknologi.
Menyediakan pelatihan dan workshop yang khusus mengenai pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Membuat tim atau kelompok kerja untuk berbagi pengalaman dan sumber daya terkait penggunaan teknologi.
Memberikan dukungan teknis dan bimbingan kepada guru dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
Mendorong kolaborasi antara guru dalam pengembangan dan peningkatan penggunaan teknologi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya pemahaman anak dalam isi bacaan. Beberapa faktor yang mungkin memengaruhinya antara lain:
Kurangnya keterampilan membaca: Anak-anak mungkin belum memiliki keterampilan membaca yang cukup untuk memahami isi bacaan dengan baik. Mereka mungkin belum terbiasa dalam mengenali kata-kata, menghubungkan kalimat, atau memahami struktur teks.
Kurangnya kosakata: Jika anak-anak memiliki keterbatasan kosakata, mereka mungkin kesulitan memahami kata-kata yang digunakan dalam teks.
Kurangnya pemahaman konteks: Anak-anak mungkin belum memiliki pemahaman yang cukup tentang konteks atau latar belakang dari isi bacaan. Hal ini dapat membuat mereka kesulitan dalam menghubungkan informasi yang diberikan dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Teks yang kompleks: Beberapa bahan bacaan mungkin terlalu kompleks untuk pemahaman anak-anak. Jika teks tersebut menggunakan kalimat yang rumit atau kosakata yang sulit, anak-anak mungkin kesulitan memahaminya.
Kurangnya minat: Anak-anak yang tidak tertarik dengan topik yang dibahas dalam bacaan mungkin kurang termotivasi untuk memahaminya dengan baik.
Untuk meningkatkan pemahaman anak dalam isi bacaan, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
Membantu anak-anak mengembangkan keterampilan membaca melalui latihan dan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Meningkatkan kosakata anak-anak melalui kegiatan yang melibatkan pembacaan dan penggunaan kata-kata baru dalam konteks yang relevan.
Membahas konteks dan latar belakang teks sebelum membaca untuk membantu anak-anak mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Menyediakan teks yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak-anak, dengan memperhatikan tingkat keterbacaan dan kompleksitas teks.
Membangkitkan minat anak-anak dengan memilih bahan bacaan yang relevan dengan minat dan pengalaman mereka.
Melibatkan anak-anak dalam diskusi dan refleksi setelah membaca untuk memperdalam pemahaman mereka tentang isi bacaan.
Kurangnya komunikasi yang baik antara guru dan orangtua dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan dan pendidikan anak. Beberapa faktor yang mungkin memengaruhinya antara lain:
Kurangnya waktu dan kesempatan: Guru dan orangtua sering kali sibuk dengan tanggung jawab dan kegiatan mereka masing-masing. Hal ini dapat membuat sulit bagi mereka untuk menemukan waktu yang cukup untuk berkomunikasi secara teratur.
Perbedaan harapan dan persepsi: Guru dan orangtua mungkin memiliki harapan dan persepsi yang berbeda tentang peran dan tanggung jawab masing-masing dalam pendidikan anak.
Kurangnya saluran komunikasi yang jelas: Jika tidak ada saluran komunikasi yang jelas antara guru dan orangtua, mereka mungkin kesulitan dalam memulai atau menjaga komunikasi yang efektif.
Ketidakcocokan jadwal: Jadwal yang tidak cocok antara guru dan orangtua dapat menjadi hambatan dalam menjalin komunikasi yang baik.
Kurangnya pemahaman dan dukungan: Terkadang, guru dan orangtua mungkin tidak sepenuhnya memahami peran dan kontribusi masing-masing dalam pendidikan anak.
Untuk meningkatkan komunikasi antara guru dan orangtua, penting untuk mengambil langkah-langkah berikut:
Membuat saluran komunikasi yang terbuka dan teratur, seperti pertemuan rutin atau penggunaan teknologi komunikasi seperti email atau aplikasi pesan.
Mengadakan pertemuan atau acara yang melibatkan guru dan orangtua untuk berinteraksi dan berbagi informasi tentang perkembangan anak.
Mengadakan pelatihan atau workshop untuk guru dan orangtua tentang pentingnya komunikasi yang efektif dalam pendidikan anak.
Meningkatkan pemahaman dan apresiasi antara guru dan orangtua terhadap peran dan kontribusi masing-masing dalam pendidikan anak.
Membuat jadwal yang lebih fleksibel atau mengadakan pertemuan yang dapat diakses oleh orangtua yang memiliki kesulitan waktu.
1. Menurut bapak model pembelajaran seperti apa yang dapat digunakan untuk siswa kita (tunagrahita ringan), mengapa ?
Model Pembelajaran dengan Pendekatan Konseling.
Model pembelajaran dengan pendekatan konseling yang dimaksud adalah pola yang digunakan oleh guru dalam mengatur materi pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan horizontal dan mengatur lingkungan belajar agar sesuai dengan perkembangan vertikal anak tunagrahita agar sesuai dengan perkembangan anak.
Dalam pelaksanaanya, model pembelajaran ini memiliki tiga tahapan yaitu: (1) tahap orientasi, (2) tahap mediasi, (3) tahap ko-konstruksi. Dalam model ini, pembelajaran dirancang agar menyenangkan dan fungsional, agar anak mencapai perkembangan optimum
2. Mengapa kita perlu menggunakan media pembelajaran
Dengan menggunakan media yang tepat diharapkan dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar, selain itu siswa juga akan dengan mudah memahami suatu materi.
3. Menurut bapak media pembelajaran apa yang bisa digunakan untuk materi "mengenal bentuk bangun datar"
Media yang dapat digunakan untuk mengenal bentuk bangun datar diantaranya;
Benda asli yang dibentuk menyerupai bangun datar, misalnya: kertas yang digunting berbentuk persegi, persegi panjang, segit tiga, lingkaran, dll.
Media gambar yang berisi gambar-gambar bangun datar
Media Video, yang dapat berupa video animasi tentang bentuk-bentuk bangun datar, sudutnya, panjang dan lebarnya.
Bu Evi Lestari
Apa yang menjadi penyebab utama menurunnya nilai hasil belajar peserta didik …
Faktor yang berasal dari diri siswa (internal) adalah :
Ketertarikan/minat pada mata pelajaran tertentu kurang
Faktor malas belajar,
Faktor waktu, kurang waktu belajar karena kesibukan lain
Terlalu santai, menganggap pelajaran tidak terlalu penting
Kecanduan HP
Apa penyebab siswa lambat menangkap materi belajar …
Beberapa penyebab:
Beban materi yang terlalu berat bagi seusia siswa.
Metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa.
Media pembelajaran yang kurang tepat.
Siswa sedang mempunyai permasalahan pribadi atau keluarga
Ketidaksukaan dengan guru
Mengapa motivasi belajar seni tari siswa rendah dan metode apa yang cocok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SLB Sri Soedewi Jambi …
Belajar seni tari berkaitan erat dengan bakat dan minat, dan tidak semua orang memiliki ketertarikan yang sama, biasanya siswa yang tidak tertarik seni tari ia akan malas untuk berlatih. Guru yang menarik dan menggunakan pendekatan yang tepat akan dapat membuat motivasi belajar siswa meningkat.
Metode yang cocok; Metode terpadu yang meliputi demonstrasi, mengamati/meniru, pemberian tugas, Apresiasi dan Kreasi.
Mengapa guru kurang menerapkan model-model pembelajaran inovatif …
Ketidaktahuan guru terhadap model-model pembelajaran yang inovatif.
Keterbatasan sarana prasarana penunjang yang diperlukan
Model pembelajaran inovatif seperti apa yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar siswa …
Discovery Learning Model atau proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas penyingkapan, penemuan, dan pencarian/penelitian secara kritis
PBL atau Problem Based Learning Model. Dalam model pembelajaran ini, para peserta didik diajak untuk mampu berpikir secara kritis baik dalam kondisi sebagai seorang individu maupun saat dalam kondisi berkelompok
Project Based Learning Model atau PJBL. Sesuai dengan namanya, model pembelajaran yang satu ini menerapkan proyek nyata dalam kehidupan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh para peserta didik.
PBT atau Model Production Based Training
Apa penyebab guru kesulitan menerapkan pembelajaran berbasis hots khususnya mapel seni tari?
Pembelajaran berbasis HOTS, merupakan sebuah interaksi belajar antara peserta didik dan guru, ataupun peserta didik dengan peserta didik yang berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill).
Ciri-ciri HOTS
Transfer satu konsep ke konsep lainnya.
Memproses dan menerapkan informasi.
Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda.
Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.
Menelaah ide dan informasi secara kritis.
Mengapa guru kesulitan menerpakan pembelajaran berbasis hots karena siswa tidak terbiasa berpikir kritis sehingga untuk meminta siswa membuat variasi sendiri dalam seni tari sangatlah sulit, apalagi sampai pada tingkat menciptakan tari.
Rendahnya kreativitas siswa dilihat dari indikator kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), serta perumusan kembali (redefinition) menjadi salah satu masalah yang harus diselsaikan dalam proses pendidikan.
Ika Noor Hidayati
Kurangnya motivasi belajar siswa
Dapat disebabkan oleh faktor internal atau eksternal siswa.
Faktor internal siswa meliputi kejenuhan, minat belajar, kesehatan fisik dan mental.
Sedangkan faktor eksternal siswa adalah keadaan keluarga, lingkungan di rumah, lingkungan di kelas termasuk karena faktor guru yang tidak mampu membangkitkan minat anak belajar.
Kurangnya pemahaman guru tentang model pembelajaran yang inovatif sesuai karakter siswa
Guru tidak menguasai keterampilan dasar mengajar (didaktik metodik) yang sangat penting dalam mengelola proses pembelajaran.
Guru sudah merasa puas dengan ilmu selama ini yang dikuasai, sehingga tidak mengikuti perkembangan teknologi pembelajaran yang sangat cepat.
Kurangnya disiplin siswa di sekolah
Siswa kurang disiplin dapat berasal dari faktor kebiasaan dalam keluarga, seperti suasana di rumah kurang rukun/harmonis, anak dibiarkan bebas tanpa ada aturan-aturan tentang kewajiban.
Lingkungan sekitar (teman bermain) juga dapat mempengaruhi, seperti berteman dengan anak-anak yang nakal.
Kurang maksimalnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
Penyebab pertama guru kurang menguasai teknologi, sehingga tidak mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran dengan baik.
Belum tersedianya sarana prasarana teknologi yang mendukung pembelajaran di suatu sekolah, termasuk penunjang lainnya; listrik, internet, dll.
Kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan akademik anak
Orangtua memiliki beragam latar belakang pendidikan, ekonomi, dan status sosial. Orangtua yang kesehariannya sibuk bekerja untuk menunjang ekonomi keluarga, banyak yang abai terhadap perkembangan akademik anak.
Kurangnya konsentrasi belajar siswa
Kurang konsentrasi belajar siswa dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti:
Kondisi fisik, seperti: sakit, lapar (tidak sarapan), kurang tidur (ngantuk),
Faktor Psikologi, seperti: suasana hati yang tidak tenang karena keluarga tidak harmonis. Bisa juga karena pengaruh kecanduan HP
Faktor Situasi, seperti suasana lingkungan ramai, kondisi gemuruh hujan, dll.
Kemampuan membaca siswa yang rendah
Penyebab kemampuan membaca siswa rendah antara lain:
Pembiasaan yang sangat kurang dalam keluarga untuk selalu membaca buku, buku cerita, majalah, koran.
Pengaruh media sosial, sehingga mudahnya memperoleh informasi yang instan
Banyaknya hiburan. Tayangan yang disiarkan di televisi membuat anak menjadi lebih betah untuk menonton TV atau youtube.
Kurang berminat siswa belajar matematika
Penyebab kurangnya minat siswa belajar matematika antara lain:
Banyak guru aktif menyampaikan informasi, siswa pasif menerima
Guru mengajar tidak dengan menumbuhkan kesadaran dan kebermaknaan dari proses belajar.
Siswa sangat bergantung pada guru sehingga kompetensi siswa kurang berkembang.
Kesempatan untuk melakukan praktik dan negosiasi melalui interaksi antar siswa, atau dengan guru juga kurang dikembangkan.